Museum Sadurengas
Lokasi: Provinsi Kalimantan Timur, Kabupaten Pasir, Kecamatan Pasir Belengkong, Desa Benuwo
Kategori: Heritage
Kerajaan Sadurengas, yang kemudian dinamakan Kesultanan Pasir, berdiri dan dipimpin oleh seorang wanita (Ratu I) yang dinamakan Putri Betung. Wilayah kekuasaan kerajaan Sadurangas meliputi Kabupaten Pasir yang ada sekarang, ditambah dengan Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Propinsi Kalimantan Selatan.
Pada zaman dahulu sebelum di daerah Pasir mempunyai raja, terdapat kampung di pedalaman, yang saat ini dinamakan kampung Batu Butok. Penduduk kampung tersebut pernah mendengar beberapa cerita tentang suatu negeri yang makmur dan aman, yang diperintah oleh seorang raja. Penduduk pun berharap agar memiliki sosok pemimpin seorang raja. Seorang tokoh masyarakat (Kakah Ukop) kemudian diberi tugas untuk mencari seseorang dari negeri yang lain untuk memimpin kampung mereka.
Setelah berkali-kali berlayar, akhirnya Kakah Ukop bertemu seseorang yang mengatakan bahwa calon pemimpin yang dicari sudah dikirim menuju kampungnya, seraya memberikan beberapa benda sebagai perlengkapan kerajaan nantinya. Dalam perjalanan pulang Kakah Ukop bermimpi agar mengumpulkan segala benda yang ditemukan selama pelayaran. Kemudian didapatkan sebatang betung (bambu) yang tersangkut di kapalnya. Pada saat hujan deras yang mengakibatkan semua persediaan kayu bakar menjadi basah dan tidak dapat digunakan, akhirnya betung tersebut dibelah sebagai kayu bakar alternatif. Setelah dibelah, keluarlah telur dari betung tersebut dan menetas menjadi seorang bayi perempuan. Bayi itu kemudian dinamakan Putri Betung. Putri tersebut kemudian menjadi raja pertama di kampung tersebut, yang dinamakan Kerajaan Sandurengas (tahun 1516).
Pada tahun 1523, Putri Betung menikah dengan Abu Mansyur Indra Jaya (pimpinan ekspedisi agama Islam dari Kesultanan Demak) memperoleh empat orang anak, yaitu Aji Mas Pati Indra, Aji Putri Mitir, Aji Mas Anom Indra dan Aji Putri Ratna Beranak. Sejak inilah Kerajaan Sandurengas yang memiliki kepercayaan animisme menjadi Kesultanan Pasir yang mendapat pengaruh agama Islam.
Pada perkembangannya, keturunan dari pasangan tersebut berasimilasi dengan pedagang dari Arab maupun dari Kerajaan Waju, Suku Bugis. Hingga sultan terakhir, yaitu Pengeran Mangku Jaya Kesuma diberi gelar Sultan Ibrahim Chaliluddin, pada tahun 1906 terjadi pergolakan melawan rezim Kolonial Belanda.
Saat ini, peninggalan Kesultanan Pasir terdapat di Museum Sandurengas dan makam raja, di Desa Benuwo (Benua) Kecamatan Pasir Belengkong. Untuk mengunjungi lokasi tersebut, dapat ditempuh melalui jalan darat sejauh 5 km dari Ibukota Tanah Grogot.
Sumber:
- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur. (2012) Indonesia: Kalimantan Timur (Sekilas Kalimantan Timur/Guide Book). Samarinda: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur.
- Kesultanan Pasir, 2011.