Seni Drama
Seni drama adalah suatu bentuk kesenian yang diwujudkan dalam sebuah kegiatan/acara berupa pertunjukan langsung (live show). Tujuan utama penyelenggaraan drama adalah untuk menghibur masyarakat, namun juga terdapat pesan moral yang disampaikan secara tersirat melalui isi cerita dan karakter pelakon dari penyelenggaraan drama tersebut. Berdasarkan isi ceritanya, seni drama digolongkan menjadi 3 jenis.
Mamanda
Seni drama tradisional Mamanda sangat populer di Suku Kutai di masa lalu. Kesenian ini selalu dipertunjukkan pada setiap perayaan nasional, pada acara perkawinan, khitanan dan sebagainya. Mamanda merupakan salah satu jenis hiburan yang disenangi masyarakat. Mamanda dapat disejajarkan dengan seni Kethoprak dan Ludruk di Jawa. Jika jalan cerita yang disajikan dalam Mamanda adalah tentang sebuah kerajaan, maka pementasan Mamanda tersebut mirip dengan Kethoprak. Namun jika yang dilakonkan adalah cerita rakyat biasa, maka pementasan Mamanda tersebut mirip dengan Ludruk. Dalam pementasannya, Mamanda selalu menggunakan dua jenis alat alat musik yakni Gendang dan Biola. Kesenian ini sudah jarang dipentaskan secara terbuka. Namun pada Festival Erau di kota Tenggarong, kesenian Mamanda sering dipertunjukkan secara terbuka untuk mengisi salah satu mata acara hiburan rakyat.
Selain berfungsi sebagai hiburan, mamanda juga berfungsi sebagai media informasi bagi masyarakat, seperti di bidang agama, sosial, politik, dan lain-lain. Mamanda juga berfungsi sebagai pembawa pesan-pesan pembangunan. Pada zaman dahulu, mamanda dijadikan sebagai sarana komunikasi masyarakat untuk menentang Belanda yang menjajah di masa itu. Mamanda juga sebagai fasilitator untuk pejuang agar bisa berkumpul untuk mengatur siasat pemberontakan untuk melawan kekuasaan belanda.
Bemamai
Bemamai merupakan suatu bentuk drama yang berisi pendidikan moral tentang kehidupan masyarakat sehari-hari, namun menggunakan metode penyampaian dialog yang khusus yaitu dengan menggerutu, marah, membentak dan semacamnya.
Ngapeh
Ngapeh merupakan seni drama sederhana karena setiap pelakonnya hanya bercerita. Banyak hal yang dapat diceriterakan, mulai dari cerita lelucon, horor, mitos, hingga cerita rakyat.
Sumber:
- Taman Budaya Kalimantan Timur. (1976) Kumpulan Naskah Kesenian Tradisional Kaltim. Samarinda: Taman Budaya Kalimantan Timur.