Asta Tinggi Sumenep
Lokasi : Kawasan Dataran Tinggi Kebon Agung, Kabupaten Sumenep
Kategori : Wisata Religi, Heritage
Asta Tinggi adalah kawasan pemakaman khusus para Pembesar/Raja/Kerabat Raja yang teletak di kawasan dataran tinggi bukit Kebon Agung Sumenep. Dalam Bahasa Madura, Asta Tinggi disebut juga sebagai Asta Raja yang bermakna makam para Pangradja (pembesar kerajaan) yang merupakan asta/makam para raja , anak keturunan beserta kerabat-kerabatnya yang dibangun sekitar tahun 1750M. Kawasan Pemakaman ini direncanakan awalnya oleh Panembahan Somala dan dilanjutkan pelaksanaanya oleh Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I dan Panembahan Natakusuma II.
Gerbang Komplek Makam Raja di Asta Tinggi
Makam ini mempunyai luas area 112,2 m x 109,25, yang terletak di desa Kebunagung di tengah kota Sumenep, di kawasan dataran tinggi, dikelilingi bangunan tembok terbuat dari batu kapur tanpa perekat, sedangkan bentuk bangunan ini meniru bentuk bangunan dari beberapa Negara yakni, Negara Belanda, Perancis, Arab. Itali dan Cina.
Kubah Asta Tinggi
Komplek makam ini terdiri dari tiga bagian yang masing-masing mempunyai gerbong tersediri terdiri dari kubah Bintoro Said, kubah Pangeran jimad dan kubah Pangaran Pulang Jiwo, makam ini diisyaratkan sebagai makam yang paling tua, sehingga peziarah diharuskan memasuki kompleks ini terlebih dahulu, dibagian kedua berada ditengah yang mempunyai bentuk paling indah, sedangkan di gerbong tiga bagian ini terlarang bagi pengunjung untuk memasukinya.
Kawasan Makam
Asta Tinggi memiliki tujuh kawasan, yaitu:
1. Kawasan Asta Induk, terdiri dari :
- Kubah Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I,
- Kubah Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro ( Bendoro Saod ),
- Kubah Kanjeng Tumenggung Ario Cokronegoro III ( Pangeran Akhmad atau Pangeran Djimat ), yang kubahnya tersebut berasal dari Pendopo Kraton Pangeran Lor/Wetan,
- Pangeran Pulang Djiwo yang kubahnya tersebut juga berasal dari Kraton Pangeran Lor/Wetan,
- Pemakaman Istri-istri serta selir Raja-Raja Sumenep,
2. Kawasan Makam Ki Sawunggaling Konon diceritakan bahwa K. Saonggaling adalah pembela Kanjeng Tumenggung ario Tirtonegoro (Bendoro Moh. Saod) pada saat terjadinya upaya kudeta/perebutan kekuasaan oleh Patih Purwonegoro),
3. Kawasan Makam Patih Mangun,
4. Kawasan Makam Kanjeng Kai/Raden Adipati Suroadimenggolo Bupati Semarang (mertua Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I),
5. Kawasan makam Raden Adipati Pringgoloyo / Moh. Saleh, dimana beliau tersebut pada masa hidupnya dan Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I
6. Kawasan Makam Raden Tjakra Sudibyo, Patih Pensiun Sumenep,
7. Kawasan Makam Raden Wongsokoesomo.
Arsitektur Makam
Arsitektur Makam dalam kompleks ini sedikit banyak dipengaruhi oleh beberapa kebudayaan yang berkembang pada masa Hindu. Hal tersebut dapat dilihat dari penataan kompleks makam dan beberapa batu nisan yang cenderung berkembang pada masa awal islam berkembang di tanah Jawa dan Madura. Selain itu pengaruh-pengaruh dari kebudayaan Tiongkok terdapat pada beberapa ukiran yang berada pada kubah makam Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro, makam Kanjeng Tumenggung Ario Cokronegoro III dan makam Pangeran Pulang Djiwo.
Selain itu pengaruh Arsitektur Eropa mendominasi bangunan kubah makam Sultan Abdurrhaman Pakunataningrat I dan Makam Patih Mangun yang ada diluar Asta induk. Dalam kawasan kubah makam Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I, Seluruh bangunannya dipengaruhi gaya arsitektur klasik, kolom-kolom ionic masih dipakai dibeberapa tempat termasuk juga pada Kubah Makamnya.
Sumber:
- Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumenep. Sumenep The Heart of Madura: Pesona Wisata Kabupaten Sumenep. Kabupaten Sumenep. Diambil 26 November 2012.
- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, 2012.
- Wikipedia, 2012.