Bedaya Ketawang
Bedaya Ketawang adalah tarian sakral yang dipercaya diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kidul berasama Panembahan Senapati. Tarian sakral ini menjadi wujud jalinan percintaan antara Kanjeng Ratu Kidul dengan Panembahan Senapati. Semenjak perjanjian Giyanti yang memecah kraton Mataran menjadi 2 kraton yaknni Surakarta dan Yogyakarta serta 2 pura yakni Mangkunegaran dan Paku Alaman, maka tarian ini menjadi milik kraton Surakarta. Tarian sakral ini hanya digelar pada acara yang sangat istimewa, yakni saat upacara Tingalan Jumenengan ISKS Paku Buwono.
Tarian Bedaya Ketawang ditarikan oleh 9 orang penari. Sebagai tarian sakral, maka ada persyaratan khusus yang harus dipenuhi. Persyaratan tersebut adalah penarinya harus dalam keadaan suci, tidak sedang dalam keadaan haid. Bahkan sebelum menarikan, para penari harus berpuasa dan melakukan upacara chaos dahar untuk meminta ijin Kanjeng Ratu Kidul sebagai pemilik tarian.
Latihan tari Bedaya Ketawang hanya dilakukan pada malam Selasa Kliwon (Anggara Kasih). Hari ini diyakini sebagai hari ketika Kanjeng Ratu Kidul datang untuk mengajarkan tarian ini pada para penari kraton. Terdapat mitos bahwa saat pementasan Bedaya Ketawang, Kanjeng Ratu Kidul turut hadir di antara para penari dengan busana penganting putri basahan. Namun hanya orang-orang tertentu yang dapat melihat kehadirannya.
Link: www.ullensentalu.com/versiCetak.php?idberita=66
Lipur.staf.isi-ska.ac.id/2012/06/21/bedhaya-ketawang-tarian-sakral-kasunanan-surakarta/
karatonsurakarta.com/tari bedhoyo.html