Tanean Lanjang

Kategori : Tradisi, Arsitektur


Daftar Isi : Susunan Pola l Proses Terbentuknya l Ruang Tinggal l Makna Ruang


Masyarakat Madura di kenal sebagai masyarakat yang menjungjung tinggi tali kekerabatan. Simbol-simbol yang mendukung hal ini, bisa di lihat dari rumah adat yang sebagian besar masih terpelihara dengan rapi di berbagai pelosok di Madura. Halaman panjang atau yang terkenal dengan sebutan Tanean Lanjang adalah bukti kekerabatan masyarakat Madura. Tanean Lanjang terbentuk karena sejumlah rumah di tata berjejeran dengan rumah induk yang berada di tengah-tengah. Letaknya sangat berdekatan dengan lahan garapan, mata air atau sungai. Antara permukiman dengan lahan garapan hanya dibatasi tanaman hidup atau peninggian tanah yang disebut galengan atau tabun, sehingga masing-masing kelompok menjadi terpisah oleh lahan garapannya. Satu kelompok rumah terdiri atas 2 sampai 10 rumah, atau dihuni sepuluh keluarga yaitu keluarga batih yang terdiri dari orang tua, anak, cucu, cicit dan seterusnya. Jadi hubungan keluarga kandung merupakan ciri khas dari kelompok ini.

2012-06-13_08.22.52.jpgTanean Lanjang, Rumah Adat Masyarakat Madura

Susunan Pola Tanean Lanjang

Susunan rumah disusun berdasarkan hirarki dalam keluarga. Barat-timur adalah arah yang menunjukan urutan tua muda. Sistem yang demikian mengakibatkan ikatan kekeluargaan menjadi sangat erat. Sedangkan hubungan antar kelompok sangat renggang karena letak permukiman yang menyebar dan terpisah. Ketergantungan keluarga tertentu pada lahan masing masing. Di ujung paling barat terletak langgar/surau. Bagian utara merupakan kelompok rumah yang tersusun sesuai hirarki keluarga. Susunan barat-timur terletak rumah orang tua, anak-anak, cucu, dan cicit-cicit dari keturunan perempuan. Kelompok keluarga yang demikian yang disebut koren atau rumpun bambu. Istilah ini sangat cocok karena satu koren berarti satu keluarga inti.

tanean_lanjang.jpgPola Tanean Lanjang Saat Ini

Rumah induk pada tanean lanjang, di tandai dengan jengger ayam di atapnya. Rumah induk, ditempati orang tertua pada keluarga tersebut. Orang tertua ini kemudian di sebut kepala somah. Ibarat raja kecil, kepala somahlah yang menguasai semua kebijakan keluarga, terutama menyangkut masalah perkawinan. Rumah adat Madura, hanya memiliki satu pintu di depan. Hal ini dimaksudkan, agar pemilik rumah, dapat mengontrol aktifitas keluar masuk keluarga. Pintu ini dihiasi ukiran-ukiran asli Madura, dengan warna hijau dan merah, lambang kesetiaan dan perjuangan.

2.jpgPerspektif Tanean, Pembatas Sekeliling Bisa Berupa Tanaman Hijau Maupun Bambu

Di samping kanan dan kiri rumah induk, di bangun rumah untuk anak-anaknya. Anak tertua, menempati rumah sebelah kanan. Sedangkan yantg lain, menempati rumah sebelah kiri. Biasanya, rumah induk, di tandai dengan hiasan 2 cengger ayam yang ada di atas atap, dengan posisi berhadapan, mirip batu nisan sebuah makam. Hiasan ini mengingatkan penghuni rumah pada kematian, yang pasti di jalani oleh setiap mahluk hidup. Di bagian dalam rumah, berdiri 4 buah pilar penyanggah yang tampak kokoh. Pilar-pilar ini, terhubung satu dengan lainnya, sehingga membentuk sebuah bujur sangkar. Pilar-pilar ini, kemudian di sebut dengan pilar pasarean. Setiap rumah adat, di lengkapi dengan sebuah surau. Surau ini, disamping berfungsi sebagai tempat sholat, juga menjadi tempat bagi Kepala Somah, untuk memantau orang-orang yang keluar masuk halamannya. Orang Madura menyebut surau ini dengan langgar. Atap surau adat, menggunakan daun ilalang yang membentang memayungi penghuninya dari air hujan dan sengatan matahari.

Proses Terbentuknya Tanean Lanjang

Terbentuknya pemukiman tradisional Madura diawali dengan sebuah rumah induk yang disebut dengan tonghuh. Tonghuh adalah rumah cikal bakal atau leluhur suatu keluarga. Tonghuh dilengkapi dengan langgar, kandang, dan dapur. Apabila sebuah keluarga memiliki anak yang berumah tangga, khususnya anak perempuan, maka orang tua akan atau bahkan ada keharusan untuk membuatkan rumah bagi anak perempuan. Penempatan rumah untuk anak perempuan berada pada posisi di sebelah timurnya. Kelompok pemukiman yang demikian disebut pamengkang, demikian juga bila generasi berikutnya telah menempati maka akan terbentuk koren dan sampai tanean lanjang. Susunan demikian terus menerus berkembang dari masa ke masa.

Apabila susunan ini terlalu panjang maka susunan berubah menjadi berhadapan. Urutan susunan rumah tetap dimulai dari ujung barat kemudian berakhir di ujung timur. Pertimbangan ini dikaitkan dengan terbatasnya lahan garapan, sehingga sebisa mungkin tidak mengurangi lahan garapan yang ada. Jadi, untuk melacak satu alur keturunan dapat dilacak melalui susunan penghuni rumahnya. Generasi terpanjang dapat dilihat sampai dengan 5 generasi yaitu di tanean lanjang. Posisi tonghuh selalu ada di ujung barat sesudah langgar. Langgar selalu berada di ujung barat sebagai akhiran masa bangunan yang ada. Susunan rumah tersebut selalu berorientasi utara-selatan. Halaman di tengah inilah yang disebut tanean lanjang.

Ruang Tinggal Pada Tanean Lanjang

Ruang tinggal atau rumah adalah ruang utama, memiliki satu pintu utama dan hanya terdiri atas satu ruang tidur yang dilengkapi serambi. Ruang bagian belakang atau bagian dalam  sifatnya  tertutup dan gelap. Pembukaan hanya didapati pada bagian depan saja, baik berupa pintu maupun jendela, bahkan rumah yang sederhana tidak memiliki jendela.  Ruang dalam ini adalah tunggal, artinya ruang ini terdiri atas satu ruang dan tanpa sekat sama sekali. Fungsi utama ruang tersebut adalah untuk mewadahi aktifitas tidur bagi perempuan atau anak-anak. Serambi memiliki dinding setengah terbuka, pembukaan hanya ada di bagian depan. Fungsi utama ruang ini adalah  sebagai  ruang tamu bagi perempuan.

3.jpgRumah Hanya Terdiri dari 2 Ruang yaitu Bailik Dalam dan Serambi

Bangunan rumah  berdiri di atas tanah, dengan peninggian kurang lebih 40 cm. Bahan lantai sangat bervariasi mulai dari tanah yang dikeraskan sampai dengan pemakaian bahan lain seperti plesteran dan terakota. Pemakaian bahan  tergantung kepada kemampuan ekonomi masing- masing keluarga yang menempati. Bahan untuk dinding dan struktur terdiri dari kayu, bambu, tabing atau bidik dan tembok. Penutup atap menggunakan genteng dan sebagian menggunakan bahan dari  belli (daun nipah), atau ata’ alang (ilalang). Bentuk bangunan yang digunakan dapat dibedakan melalui bentuk denah,  letak tiang utama dan  bentuk atap. Berdasarkan bentuk denah   bangunan  dibedakan menjadi   slodoran atau malang are dan sedana. Slodoran terdiri atas satu ruang dengan dua pintu dan satu serambi serta memiliki satu pintu keluar.  Sedana  memiliki dua ruang dan dua pintu tetapi memiliki satu serambi dengan satu pintu keluar. Kedua tipe tersebut rata-rata dimiliki masyarakat biasa.

4.jpgModel tipe Denah Sedana dan Slodoran Perbedaan Terlihat pada Susunan Ruang dan Pintu

Berdasarkan letak tiang utamanya dapat dibedakan atas  bangsal dan pegun. Kedua tipe tersebut dapat dikenali melalui tampilan luarnya. Bangsal berbentuk seperti Joglo Jawa yang terpancung di kanan kirinya,  pegun seperti limasan yang memiliki emper pada bagian depan dan belakang.  Kedua tipe ini memiliki kesamaan struktur  yaitu  empat sasaka (tiang) utama. Bangsal selalu dilengkapi bubungan nok yang berbentuk tanduk  atau ekor naga, sementara pegun tidak. Bangsal keempat tiangnya terletak di tengah dengan posisi bujur sangkar,  pegun empat tiangnya terletak di pinggir mendekati tembok dengan komposisi empat persegi panjang.

Dari bentuk atap dikenal  istilah  pacenan, jadrih, trompesan. Bentuk  pacenan, hampir selalu tampil dalam bentuk rumah tipe bangsal,  dengan hiasan bubungan yang berupa tanduk atau ekor ular. Kata ‘pacenan’ ini berasal dari kata ‘pa-cina-an’, atau seperti bangunan cina. Jadrih memiliki dua bubungan. Rumah ini dalam penyelesaiannya bisa juga dengan sebutan pacenan karena tercirikan pada bentuk bubungannya. Trompesan adalah atap kampung dengan patahan tiga bagian.

5.jpgBentuk Bangunan Trompesan di Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan

6.jpg

Bentuk Atap Pegun pada Denah Rumah Jadrih, di Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang

7.jpg

Bentuk Bangunan Bangsal dengan Atap Pacenan di Kecamatan Batang Batang, Kabupaten Sumenep

Makna Ruang Pada Tanean Lanjang

Susunan ruang yang berjajar dengan ruang pengikat ditengahnya menunjukkan bahwa tanean adalah pusat aktivitas sekaligus sebagai pengikat ruang yang sangat penting. Tata tetak tanean lanjang  memberikan gambaran  tentang zoning ruang sesuai dengan fungsinya. Rumah tinggal, dapur dan kandang di bagian timur, di bagian ujung barat adalah langgar. Langgar sebagai akhiran semakin memberikan arti  penting dan utama dari komposisi  ruangnya. Peninggian lantai bangunan juga memberikan satu nilai hirarki ruang yang semakin jelas. Akhiran peninggian berakhir pada langgar di ujung atau akhiran sumbu barat-timur.

8.jpgPembagian Berdasar Primordial Masyarakat Ladang pada Tanean

Tinjauan terhadap kepercayaan awal atau primordialnya, masyarakat Madura adalah struktur masyarakatnya secara garis besar adalah masyarakat primordial ladang. Pada skema ruang di bawah terlihat pembedaan dualisme primordial ladang, pertentangan utara-selatan, barat-timur, laki laki-perempuan, tua-muda, kanan-kiri, gelap-terang, atas-bawah. Utara sebagai tempat tinggal perempuan, dengan ruang yang tertutup, gelap, tanpa bukaan kecuali di bagian depan, posisi ruang yang lebih tinggi atau bagian atas, merupakan daerah khusus perempuan. Rumah hanya digunakan untuk tempat tingal perempuan dan bagian luar atau serambi dipakai untuk menerima tamu perempuan juga. Arti nya tempat perempuan yang bermakna surgawi atau  rohani, dunia atas yaitu yang abadi, gelap, terbatasi, tertutup, basah.

Sebaliknya di bagian selatan adalah daerah yang terbuka, terang,  kiri, bawah, tanpa peninggian lantai adalah daerah laki laki yang  bermakna duniawi, dunia bawah yang sekarang terang, terbuka, kering dan bebas. Barat terletak langgar, kematian, tua. Timur berarti awal  kehidupan, generasi baru, muda (tampak dari susunan rumahnya yang berurut dari barat ke timur adalah tua ke muda). Denah ruang di bawah memperlihatkan pembedaan berdasar konsep dualisme, ruang laki laki adalah kebalikan dari ruang perempuan, laki laki yang serba terbuka, terang dan bebas.

Sumber :

Komentar

Leave a Reply



(Your email will not be publicly displayed.)



Posted by:

Share: