Prosesi Pelantikan Arya Wiraraja
Lokasi : Kabupaten Sumenep
Jadwal : 31 Oktober setiap tahun
Event ini digunakan sebagai napak tilas sejarah perjuangan Arya Wiraraja dalam membangun Kraton Sumenep. Peristiwa ini terjadi sekitar 700 tahun yang lalu, ketika Raden Wijaya mengungsi ke Madura akibat dikejar-kejar Jayakatwang. Saat itu Kadipaten Sumenep berada dibawah kekuasaan Kerajaan Singosari, dengan penguasanya Raja Kertanegara. Dengan demikian Arya Wiraraja dilantik oleh Raja Kertanegara, sehingga sumber prasasti yang berhubungan dengan Raja Kertanegara dijadikan rujukan bagi penetapan Hari Jadi Kabupaten. Sumber prasasti yang dapat dijadikan sebagai rujukan antara lain, Prasasti Mua Manurung dari Raja Wisnuwardhana berangkat tahun 1255 M, Prasasti Kranggan (Sengguruh) dari Raja Kertanegara berangkat tahun 1356 M, Prasasti Pakis Wetan dari Raja Kertanegara berangkat tahun 1267 M, Prasasti Sarwadharma dari Raja Kertanegara berangkat tahun 1269 M.
Sumber naskah (manuskrip) yang digunakan untuk menelusuri lebih lanjut tokoh Arya Wiraraja, antara lain Naskah Nagakertagama karya Rakawi Prapanca pada tahun 1365 M, Naskah Peraraton di tulis ulang tahun 1631 M, Kidung Harsa Wijaya, Kidung Ranggalawe, Kidung Pamancangan, Kidung Panji Wijayakramah, Kidung Sorandaka.
Dari sumber sejarah tersebut, maka sumber sejarah Prasasti Sarwadharma yang lengkapnya berangkat tahun 31 Oktober 1269 M, merupakan sejarah yang sangat signifikan dan jelas menyebutkan bahwa saat itu Raja Kertanegara telah menjadi Raja Singosari yang berdaulat penuh dan berhak mengangkat seorang Adipati. Prasasti Sarwadharma dari Raja Kertanegara di Desa Penampihan lereng barat Gunung Wilis Kediri. Prasasti ini tidak lagi menyebut perkataan makamanggalya atau dibawah pengawasan. Artinya saat itu Raja Kertanegara telah berkuasa penuh, dan tidak lagi dibawah pengawasan ayahandanya Raja Wisnuwardhana telah meninggal tahun 1268 M. Prasasti Sarwadharma berisi penetapan daerah menjadi daerah suatantra (berhak mengurus dirinya sendiri) dan lepas dari pengawasan wilayah thani bala (nama wilayah/daerah saat itu di Singosari). Sehingga daerah swatantra tersebut, yaitu daerah Sang Hyang Sarwadharma tidak lagi diwajibkan membayar bermacam-macam pajak, pungutan dan iuran.
Atas dasar fakta sejarah ini maka pelantikan Arya Wiraraja ditetapkan tanggal 31 Oktober 1269 M, dan peristiwa itu dijadikan rujukan yang sangat kuat untuk menetapkan Hari Jadi Kabupaten Sumenep pada tanggal 31 Oktober 1269 M, yang diperingati pada setiap tahun dengan berbagai macam peristiwa seni budaya, seperti prosesi Arya Wiraraja dan rekan seni Budaya Hari Jadi Kabupaten Sumenep.
Prosesi Pelantikan Arya Wiraraja
Prosesi pelantikan Arya Wiraraja diadakan bersamaan dengan hari jadi Kabupaten Sumenep yang diperingati setiap tanggal 31 Oktober. Pada perayaan tersebut biasanya dilakukan pawai napak tilas sejarah perjuangan Arya Wiraraja dalam membangun Keraton Sumenep. Dibalik pesta rakyat yang penuh warna dan prosesi penobatan Arya Wiraraja sebagai Adipati Sumenep yang pertama, tercuat nuansa historis yang patut diketahui oleh generasi masa kini. Prosesi pelantikan tersebut dilepas dari halaman Kantor Kabupaten Sumenep. Pada waktu tengah hari, pemandangan di tengah lapangan di depan kantor itu penuh warna. Anak-anak, remaja dan pasangan-pasangan berumur, bersolek dan berdandan aneka macam. Selain itu juga disertai dengan arak-arakan kereta berusia 200 tahun. Konon menurut cerita yang beredar dalam lingkungan Kraton Sumenep, kereta tersebut adalah pemberian Thomas Stamford Raffles ketika Inggris menduduki Indonesia.
Prosesi perayaan HUT kabupaten Sumenep menggambarkan bagaimana Sang Adipati menuju Kraton hendak dinobatkan Sang Raja. Rombongan Arya Wiraraja bersama Permaisuri dari Singosari, berkendaraan kereta ditarik sapi. Arya Wiraraja adalah salah satu petinggi dari Kerajaan Majapahit yang ditugaskan menjadi kepala kadipaten Sumenep.
Pengiring kereta Arya Wiraraja adalah putra-putri kraton bersama seorang selir. Para wanita bangsawan tersebut dipikul dengan tandu. Kebesaran masa lalu melintas sejenak di tengah kota Sumenep yang dipadati penonton sepanjang jalan. Melengkapi perspektif sejarah, diarak pula rangkaian foto para pemimpin daerah Sumenep sejak pertama, Arya Wiraraja, sampai Bupati terakhir yang menjabat.
Di satu penggalan arak-arakan, tepat di depan kereta sapi sang Adipati, barisan dayang-dayang istana membawa seserahan berwadahkan emas berisi harta benda dan sandang pangan sebagai simbol pernyataan bakti dan kesungguhan memperjuangkan kesejahteraan Sumenep bersama kepemimpinan yang baru.
Sumber: