Festival Erau

Lokasi : Provinsi Kalimantan Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kecamatan Tenggarong
Jadwal : Setiap bulan Juli

Festival Erau merupakan pesta rakyat yang mulai diselenggarakan sejak tahun 1971, sekaligus merupakan agenda rutin tahunan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara. Erau berasal dari bahasa Kutai "eroh" yang artinya ramai, riuh, ribut, suasana yang penuh sukacita. Suasana yang ramai, riuh rendah suara tersebut dalam arti: banyaknya kegiatan sekelompok orang yang mempunyai hajat dan mengandung makna baik bersifat sakral, ritual, maupun hiburan.

FestivalErau_-__Banner.jpg
Banner Festival Erau 2012

Erau pertama kali dilaksanakan pada upacara tijak tanah dan mandi ke tepian ketika Aji Batara Agung Dewa Sakti berusia 5 tahun. Setelah dewasa dan diangkat menjadi Raja Kutai Kartanegara yang pertama (1300-1325), juga diadakan upacara Erau. Sejak itulah Erau selalu diadakan setiap terjadi penggantian atau penobatan Raja-Raja Kutai Kartanegara.

Dalam perkembangannya, upacara Erau selain sebagai upacara penobatan Raja, juga untuk pemberian gelar dari Raja kepada tokoh atau pemuka masyarakat yang dianggap berjasa terhadap Kerajaan.

Pelaksanaan upacara Erau dilakukan oleh kerabat Keraton/Istana dengan mengundang seluruh tokoh pemuka masyarakat yang mengabdi kepada kerajaan. Mereka datang dari seluruh pelosok wilayah kerajaan dengan membawa bekal bahan makanan, ternak, buah-buahan, dan juga para seniman. Dalam upacara Erau ini, Sultan serta kerabat Keraton lainnya memberikan jamuan makan kepada rakyat dengan memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya sebagai tanda terima kasih Sultan atas pengabdian rakyatnya.

Setelah berakhirnya masa pemerintahan Kerajaan Kutai Kartanegara pada tahun 1960, wilayahnya menjadi daerah otonomi yakni Kabupaten Kutai. Tradisi Erau tetap dipelihara dan dilestarikan sebagai pesta rakyat dan festival budaya yang menjadi agenda rutin Pemerintah Kabupaten Kutai dalam rangka memperingati hari jadi kota Tenggarong, pusat pemerintahan Kerajaan Kutai Kartanegara sejak tahun 1782.

Pelaksanaan Erau

Pelaksanaan Erau yang terakhir menurut tata cara Kesultanan Kutai Kartanegara dilaksanakan pada tahun 1965, ketika diadakan upacara pengangkatan Putra Mahkota Kesultanan Kutai Kartanegara, Aji Pangeran Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat.

Sedangkan Erau sebagai upacara adat Kutai dalam usaha pelestarian budaya dari Pemda Kabupaten Kutai baru diadakan pada tahun 1971 atas prakarsa Bupati Kutai saat itu, Drs.H. Achmad Dahlan. Upacara Erau dilaksanakan 2 tahun sekali dalam rangka peringatan ulang tahun kota Tenggarong yang berdiri sejak 29 September 1782.

Atas petunjuk Sultan Kutai Kartanegara yang terakhir, Sultan A.M. Parikesit, maka Erau dapat dilaksanakan Pemda Kutai dengan kewajiban untuk mengerjakan beberapa upacara adat tertentu, tidak boleh mengerjakan upacara Tijak Kepala dan Pemberian Gelar, dan beberapa kegiatan yang diperbolehkan seperti upacara adat lain dari suku Dayak, kesenian dan olahraga/ketangkasan.

Erau Sebagai Pesta Budaya

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kutai untuk menjadikan Erau sebagai pesta budaya yakni dengan menetapkan waktu pelaksanaan Erau secara tetap pada bulan September berkaitan dengan hari jadi kota Tenggarong, ibukota Kabupaten Kutai dan Kesultanan Kutai Kartanegara.

Festival Erau yang kini telah masuk dalam calendar of events pariwisata nasional, tidak lagi dikaitkan dengan seni budaya Keraton Kutai Kartanegara tetapi lebih bervariasi dengan berbagai penampilan ragam seni dan budaya yang ada serta hidup dan berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Kutai.

Acara Pokok

Menjamu Benua, Mendirikan Ayu, Kesenian dan Adat Kutai, Menyisikan Lembu Suana dan Tambak Karang, Beluluh, Bekanjar dan Beganjur, Seluang Mudik, Belian, Bekenjong, Dewa Memanah, Besaong Manok, Menjala, Bepelas, Tepong Tawar, Merebahkan Ayu, Beburay dan Syukuran, Mengulur Naga dan Belimbur, Ziarah ke Makam Aji Imbut (pendiri kota Tenggarong), Ziarah ke Kutai Lama.

Acara Tambahan

Kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan upacara adat Keraton Kutai Kartanegara. Kegiatan tersebut semata-mata sebagai tambahan dalam rangka pelestarian nilai-nilai seni dan budaya baik daerah pada khususnya maupun nasional pada umumnya agar bisa hidup dan berkembang ditengah-tengah perkembangan jaman. Acara tersebut yaitu sebagai berikut:

  • Upacara Pembukaan, meliputi Marching Band, Pembukaan Erau, Penyalaan Brong, dan Sajian Tari Massal.
  • Upacara-Upacara Adat Suku Pedalaman, meliputi Upacara Adat Ngugu Tahun, Upacara Adat Penhos, Upacara Adat Mamad, dan lain-lain.
  • Kesenian, meliputi Kesenian Tradisional, Kesenian Nusantara, Kesenian Mancanegara.
  • Olahraga, meliputi Olahraga Tradisional dan Olahraga Populer.
  • Pameran Pembangunan & Bazaar.
  • Pertunjukan Hiburan Masyarakat, meliputi Pawai/Karnaval, Marching Band, Hiburan Band, Show Artis Ibukota.
  • Tata Kehidupan Suku Dayak, meliputi Upacara Perkawinan Suku Dayak, Upacara Pengobatan Belian, dan lain-lain.

Proses Erau dimulai dengan Menjamu Benua yakni upacara untuk memberi makan pada orang - orang halus di bagian hulu, tengah dan hilir Benua (Kota). Kemudian mendirikan Ayu, dengan didirikannya Tiang Ayu maka pesta Adat Erau pun secara resmi dibuka.

FestivalErau_-__Ngulur_Naga.jpg
Mengulur Naga

FestivalErau_-_Belimbur.jpg
Belimbur

Salah satu prosesi adat yang unik dalam festival Erau ini adalah Belimbur. Pada acara ini Sultan Mandi Rangga Titi dengan menggunakan air yang diambil dari Kutai Lama. Pada waktu yang sama pula, seluruh masyarakat boleh saling menyiram/melimbur air bersih. Tidak ada yang boleh marah apabila terkena siraman air dari orang lain. Maka dari acara Belimbur ini adalah untuk membersihkan jiwa seluruh penghuni Keraton dan rakyat di Kerajaan Kutai Kartanegara. Upacara terakhir dalam prosesi Erau adalah "Merebahkan ayu" yang dilakukan oleh para Pangeran atau kerabat yang di tuakan. Rebahnya Ayu menandakan berakhirnya perayaan Erau. Sesudahnya dilakukan pembacaan doa keselamatan dan dilanjutkan dengan acara berlemparan atau betebak beras disusul dengan pukulan gong golong, dengan pukulan sekehendak hati pemukulnya. Selanjutnya seluruh kerabat dan masyarakat luas saling bersalaman memohon maaf atas kekhilafan baik dalam pergaulan dan bertutur dalam pergaulan sehari-hari. Dengan demikian usailah perayaan Erau, ritual yang dalam berabad lamanya telah mempersatukan perbedaan masyarakat Kutai Kartanegara.

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara, 2012.

Komentar

Leave a Reply



(Your email will not be publicly displayed.)



Posted by:

Share: